BI akan Beri Insentif untuk Sektor Kredit dengan Pertumbuhan Lambat

Berita, Ekonomi369 Dilihat

Jakarta, hainews.id –  menyebutkan perlambatan kredit bank masih menghantui sejumlah sektor industri, di antaranya angkutan udara, hotel dan restoran, tekstil, serta alas kaki.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menuturkan bahwa insentif lanjutan bakal digulirkan kepada keempat sektor tersebut, di antaranya melalui alokasi insentif Giro Wajib Minimum (GWM) yang lebih tinggi dan peningkatan kredit usaha rakyat atau KUR.

“Untuk sektor yang kami sebut slow growth, kami dorong lebih lanjut dengan alokasi insentif GWM lebih tinggi. Demikian juga dengan KUR kami lipatkan dua kali,” ujar Perry dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (22/12/2022).

Bank sentral diketahui saat ini menetapkan GWM sebesar 9 persen. Meski demikian, terdapat sederet insentif bagi perbankan yang menyalurkan kredit serta pembiayaan kepada sektor prioritas, di antaranya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), KUR, dan ekonomi keuangan hijau.

“Bagi bank-bank yang menyalurkan kredit kepada 46 sektor prioritas, tergantung seberapa tinggi kredit ke sektor prioritas kepada UMKM, KUR, dan ekonomi keuangan hijau, kami berikan insentif berupa penurunan GWM,” tutur Perry.

Sementara itu, penyaluran kredit perbankan sampai dengan November 2022 tercatat tumbuh lebih rendah dibandingkan periode Oktober.

Perry menyampaikan bahwa realisasi penyaluran kredit hingga November 2022 meningkat 11,16 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Kenaikan terjadi di seluruh jenis kredit dan mayoritas sektor ekonomi.

Akan tetapi, jika dikomparasikan dengan capaian Oktober lalu, laju penyaluran kredit cenderung melambat. Pada Oktober 2022, bank sentral mencatat kredit bank tumbuh sebesar 11,95 persen. Artinya ada kontraksi sebesar 79 basis poin.

Sementara itu, penyaluran kredit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), misalnya, tumbuh 18,13 persen yoy pada November 2022. Lebih tinggi dibandingkan realisasi Oktober lalu yang sebesar 17,50 persen yoy.

Adapun pembiayaan syariah juga mengalami lonjakan. Per November 2022, bank sentral mencatat penyaluran pembiayaan syariah tumbuh hingga 23,5 persen yoy. Raihan ini mencerminkan kenaikan 510 basis poin secara bulanan.

Perry menuturkan dari sisi penawaran kredit per November lalu, perbaikan intermediasi didukung oleh likuiditas yang lebih memadai. Pada saat bersamaan standar penyaluran kredit di perbankan juga tetap longgar.

“Dari sisi permintaan, kenaikan kredit dan pembiayaan ditopang oleh kredit kepada korporasi dan rumah tangga yang tetap baik. Secara keseluruhan, permintaan kredit perbankan yang positif ini turut mendukung pemulihan ekonomi nasional,” pungkasnya.

Adapun rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) tercatat meningkat menjadi 25,13 persen per Oktober 2022 atau dari posisi September yang sebesar 25,09 persen. (**)