BI: Awal 2023 Inflasi Secara Nasional Masih Tinggi

Berita, Ekonomi857 Dilihat

Jakarta, hainews.id – Bank Indonesia memproyeksikan inflasi masih akan tinggi di seluruh wilayah, utamanya di semester I-2023. Hal ini sejalan dengan permintaan domestik yang semakin meningkat dan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang direvisi ke atas dari prakiraan sebelumnya.

“Di paruh pertama tahun 2023, secara nasional tekanan inflasinya masih akan tinggi. Utamanya untuk inflasi pangan, dan harga yang diatur pemerintah perlu dikendalikan,” kata Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam Rakornas Kepala Daerah, Selasa (17/1/2023).

Di sejumlah daerah, tambah Perry, ada tendensi inflasinya naik, antara lain di Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi dan Papua. Sumber inflasinya harus dicermati, utamanya untuk inflasi pangan dipengaruhi faktor cuaca, ketersediaan pasokan, distribusi dan keseimbangan antar daerah.

“Peran Tim Pengendali Inflasi Daerah dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) menjadi penting, dalam upaya mengendalikan inflasi di daerah. Kepala daerah juga harus mengoptimalkan anggaran daerah dan menjalin kerjasama antar daerah untuk menjaga laju inflasi,” ujar Perry.

GNPIP di daerah selama tahun 2022, antara lain dilakukan dengan melakukan operasi pasar murah di 2.638 titik. Program subsidi ongkos angkut, Gerakan Tanam Cabe, dan pemberian bantuan untuk digitalisasi pertanian.

Gubernur BI menambahkan, inflasi baru akan mulai menurun di semester II-2023. Proyeksinya sekitar 3-4 persen.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, saat ini masih ada 23 provinsi dan 10 kabupaten yang inflasi di atas inflasi nasional. Diantaranya Kalimantan Barat inflasinya 7,4 persen, Sulawesi Utara inflasinya 7,3 persen dan Riau inflasinya 6,8 persen.

“Jadi terhadap 23 provinsi ini, Pak Gubernur mohon diperhatikan. Memang di bulan Desember kemarin inflasi dari beras salah satu yang tertinggi, tentu berbagai kerjasama perlu dilakukan,” kata Menko Airlangga.

Di tahun 2023, pemerintah menetapkan sasaran inflasi sebesar 3 plus minus 1 persen. Risiko inflasi tetap diwaspadai berupa transmisi harga impor ke harga jual domestik, perubahan cuaca, dan meningkatnya permintaan sektor horeka (hotel, resto dan café).