Dua Pelajar Palembang, Baca Puisi Dua Bahasa di TVRI Sumsel

Berita, Kota1570 Dilihat

Palembang, hainews.id – Semburat kebahagiaan itu tak bisa disembunyikan dari hati dan raut wajah Syafrizal dan Endang Sri Wahyuni, ketika putrinya Faza Airinnadya, tampil membaca puisi dalam acara dunia anak TVRI Sumsel, Selasa (13 Desember 2022).

Hal serupa juga dirasakan, bagi Suryadi Usman dan Ovin Puspika, ketika putrinya Naomi Aisyah Hanindurah, yang juga tampil di event serupa dalam menit yang berbeda.

Bagi para pelaku sastra pada umumnya, membaca puisi di layar kaca bukan hal baru. Tetapi membaca puisi berbahasa Inggris di negeri Merah Putih, jumlahnya bisa dihitung dengan jemari. Apalagi bagi pelajar sekolah dasar. Perbadingannya bisa 10 : 1 diantara pembaca puisi di tingkat sekolah dasar pada umumnya.

Begitulah komentar Yosep Suterisno, SE, Ketua Forum Teater Sekolah (Fortas) Sumsel, ketika menyaksikan Naomi Aisyah Hanindurah murid SD IT Fathonah Pakjo Palembang yang membaca puisi berbahasa Inggris pada peringatan Hari Ibu 22 Desember 2022 di layar kaca TVRI Sumsel, Selasa (13 Desember 2022).

“Membaca puisi berbahasa Inggris, apalagi bagi pelajar sekolah dasar, melatihnya tidak semudah membalik telapak tangan. Bukan hanya ucapannya saja, tetapi memotivasi anak agar berminat belajar berbahasa Inggris, bagi orang tua dan gurunya diperlukan kerja ekstra. Ini luar biasa!” ujar jebolan Teater Leksi Palembang, usai shooting di TVRI Sumsel, Selasa (13 desember 2022).

Demikian halnya untuk mendorong murid SD agar berminat membaca puisi, baik berahasa Inggris atau Bahasa Indonesia, seperti Faza Airinnadya, murid Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ahliyah 2 Palembang.

Membaca puisi, baik bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, meski memiliki tantangan berbeda, tetapi tingkat kesulitan untuk melatih dan mendorong murid agar tertarik dalam dunia sastra, bukan hal mudah. Menurut Yosep, semua membutuhkan ketekunan dan kesabaran.

“Manfatanya dengan belajar sastra, hati seseorang akan lebih lembut. Melihat sesuatu dengan keindahan. Kalau dalam bahasa sekarang, melihat suatu peristiwa selalu dengan kaca mata positif. Inilah kelebihan bagi anak yang sudah kenal dengan dunia sastra. Kelak saat dewasa, akan selalu positif thinking menatap masa depan, dan tidak mudah mengeluh, sebab dia selalu berpikir positf,” ujar Yosep.

Melihat potensi inilah, Lisa Surya Andika, Pembina Rumah Budaya Plembang Nian (RBPN), mendaulat Fortas Sumsel untuk memaksimalkan pemahaman puisi di kalangan pelajar, khususnya di sekolah dasar, baik di Palembang maupun di Sumsel pada umumnya.

Menurut Lisa, potensi sastra dalam setiap diri anak sekolah sudah seharusnya terus digali dan dikembangkan. Satu diantaranya melalui lomba sastra dalam berbagai cabang, puisi, cerpen, novel dan teater yang berbasis naskah.

“Kalau mereka sudah sering latihan, harus diberi ruang panggung untuk tampil, supaya mereka secara mental terlatih untuk selalu beridir di depan banyak orang, siap berkompetisi karya, dan mendorong anak agar selalu tampil terbaik,” tegas Lisa dalam kesempatan berbeda sebelum shooting di TVRI Sumsel.

Namun demikian, menurut Lisa, sebelum anak-anak ditampilkan di atas oanggung diperlukan pembinaan serius dari berbagai pihak, terutama lembaga seni di Sumsel, termasuk Fortas Sumsel. Oleh sebab itu, Lisa bersama lembaga RBPN memberi ruang kepada Fortas Sumsel untuk ikut membina sastra di RBPN.

“Silakan para seniman yang tergabung dalam Fortas Sumsel ikut membina sastra, tetater di sini, supaya potensi anak-anak, terutama dalam pembacaan puisi dan teater bisa lebih maksimal,” ujarnya, usai menyaksikan shooting Dunia Anak TVRI Sumsel, Selasa (13 Desember 2022).

Merespon itu, Yosep mengapreasiasi kepercayaan yang diberikan RBPN kepada Fortas Sumsel. Mandat membina anak-anak di RBPN merupakan kehormatan ba Tim Fortas Sumsel.

Yosep mengakui, tugas dari RBPN ini merupakan tanggungjawab yang tidak ringan Fortas Sumsel. Tetapi, bersama Tim-nya Yosep berupaya akan konsisten dan komitmen untuk membina anak-anak sekolah di Sumsel agar mereka mengenal teks dan nilai-nilai sastra, baik puisi, cerpen ataupun novel, juga naskah dalam teater.

Sebab menurut Yosep, dalam diri setiap anak, ada kisah tersembunyi atau mimpi-mimpi anak-anak yang tidak banyak diketahui orang dewasa.

Satu cara di antara untuk membuka tabir mimpi anak-anak itu, menurut Yosep dengan membina dan menyiapkan mereka ruang ekspresi seni, baik melalui panggung lomba seni, maupun menulis karya seni.

“Diharapkan melalui dunia sastra, anak-anak akan lebih mampu mengasah imajinasi dan intuisinya. Insya Allah nilai-nilai itu dalam pergaulan bisa mewarnai karakter anak-anak kita, dengan keluhuran budi, lahir dan batin,” tegasnya. (**)