Palembang, hainews.id – Setelahmencapai gelar Doktor Administrasi Publik (DAP) FISIP Universitas Sriwijaya (Unsri), tidak ada ungkapan kecuali rasa syukur. “Alhamdulillah”, ujar Firdaus Komar yang sering dipanggil Bung Firko, saat diwawancarai terkait sidang terbuka promosi Doktor FISIP Unsri, Rabu (4/1/2023).
Anak keenam dari H. Komar dan Hj Mahna ini, bukanlah dari keluarga yang mampu untuk meneruskan jenjang pendidikan terus lebih tinggi. Anak buruh tani dari Desa Muara Lakitan, Musi Rawas yang lahir pada 8 Januari 1971 menjalani kehidupan sangat sederhana. Kedua orangtua yang sebenarnya tidak menamatkan sekolah dasar, inilah yang mendorong anak-anak untuk terus sekolah. Menurut saya, kedua orangtua pun tidak tahu sekolah dengan pilihan jurusannya apa, tetapi tekad, niat, dorongan yang sama dalam keluarga membuat Firko yakin bahwa melalui sekolah akan banyak memberikan manfaat.
Tekad kuat dengan prinsip bahwa pendidikan itu tidak pernah selesai, Firko, yang merupakan anak terakhir atau bungsu melengkapi capaian gelar Doktor seperti yang diraih saudaranya yang tertua Dr Muhammadin Komar, yang saat ini pensiun sebagai tenaga dosen di UIN Raden Fatah Palembang.
“Syukur alhamdulillah, dengan kondisi orangtua yang tidak mendapatkan kesempatan menamatkan SD, bahwa kami yakin kekuatan doa Emak (ibu) dan Bak (ayah) inilah yang menjadikan kami kuat dan terus berjuang seperti saat ini, karena itu terima kasih saya yang utama disampiakan kepada Emak dan Bak yang saat ini telah mendahului kami. Semoga kebaikan dan semangat kedua orang tua kami, akan menempatkannya di Syurga,” tutur Firdaus.
Perjalanan menempuh pendidikan, sembari sekolah, Firko melakukan pekerjaan dengan menjual roti sebelum berangkat sekolah. Setiap pagi selepas sholat shubuh menjula roti keliling, dengan modal pengambilan di pabrik roti harga Rp 80 rupiah kemudian dijual dengan harga Rp 150. Dari keuntungan penjualan roti itulah menambah biaya untuk fotokopi dan beli peralatan sekolah. Hingga memasuki bangku kuliah, roti-roti dari jualan sering juga dibawa ke kampus dan ditawarkan ke teman-teman untuk beli roti.
Di bangku kuliah, Firko mulai mengenal berorganisasi dari Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sejarah (HMPS), organisasi intra kampus tempat Firko mulai kuliah tahun 1989, di Jurusan Sejarah, FKIP Unsri. Di kampus Firko mulai aktif dalam berbagai kegiatan intra kampus dan hingga ke extra kampus di Himpunan Mahasiswa Islam. Pengalaman di organisasi kampus, Ketua Senat Mahasiswa FKIP Unsri (1992), Ketua Senat Mahasiswa Unsri, SMPT (1993), HMI Badko Sumbagsel, PJ Ketua Umum (1996-1997). Bahkan Firko bersama teman-teman lintas Fakultas mengaktifkan tabloid Gelora Sriwijaya.
Usai studi S1 di FKIP Unsri, Firko justru diterima menjadi wartawan di media Sriwijaya Post. Di dalam hati tetap juga rasanya mau mengajar di sekolah, tetapi begitu ditarining di Sriwijaya Post ditempatkan di Prabumulih dan Muaraenim. “Karena tugas sebagai wartawan non-stop, akhirnya saya berpikir, inilah ruang rezeki yang diberi Allah SWT, dan saya pun tidak memikirkan lagi mau masuk jadi guru,” tutur Firko.
Sempat bekerja di harian Beritapagi hingga mendirikan media sendiri dengan bendara EXTRANEWS media. Menjalani profesi wartawan juga masih terlibat urusan organisasi. Dari Sekretaris PWI Sumsel (2008-2019), Sekretaris Forum Jurnalis Migas (2015-Sekarang), Direktur Forum Kajian Jurnalisme (2013-Sekarang), Bidang media KAHMI Sumsel (2016-2021), Bidang Media ICMI Sumsel (2016-2021), Anggota Dewan pendidikan Sumsel (2009-2021), Kabid Media, Humas dan Hukum Forum Koordinasi Pencegahan Teroris (FKPT) (2018-2021). Saat ini dipercaya sebagai Ketua PWI Sumsel (2019-2024). Sejak Agustus 2021- hingga sekarang, dipercaya sebagai ahli pers dari Dewan Pers.
Karya buku Kemerdekaan Pers Antara Jaminan dan Ancaman (2013), Piagam Palembang (2014), Wartawan & Perubahan Flatform Arus Informasi (2020). Pengalaman kerja, sebagai wartawan media online extranews.id dan koran extranews 2019-sekarang, Pemimpin Perusahaan Media BeritaPagi (2015-2019), Redaktur Pelaksana 2006-2015 BeritaPagi, Supervisor Pendirian Tribun Batam 2005 Batam, Kepulauan Riau (Kepri), Wartawan dan Redaktur di Sriwijaya Post (1995-2005).
Firdaus, nama aslinya. Komar nama Ayahanda. Lebih sering dengan menyertakan nama bapak jadi lengkapnya Firdaus Komar. Kelahiran Muara Lakitan (Musi Rawas), 8 Januari 1971, bertempat tinggal di Perumahan Citra Kencana I Blok A No 24 RT 048 RW 007 Kelurahan Kebun Bunga Kec. Sukarami Palembang, Sumatera Selatan.
Firko menikah dengan Dra. Hj. Anisatul Mardiah, M.Ag., Ph.D., dan dikarunia lima anak yaitu, Apt. Berliana Faradisa. S.Farm. (Apoteker, alumni Prodi Farmasi Universitas Sriwijaya dan Prodi Apoteker, Fakultas Farmasi Univ Andalas, Padang), Asshafa Adzkiya (Semester Akhir Studi S1, Prodi Aktuaria, MIPA, Universitas Padjadjaran), Rayyani Qatrunada (Semester IV, Studi S1 Prodi Akutansi, FE Universitas Sriwijaya), Khairunadra Lamya Nurhaliza (Studi S1 Prodi Ilmu Kimia, Fakultas Saintek, UIN Raden Fatah), Syaffana Mumtazah Najida (Kelas 12 IPA SMAN 3 Palembang).
Firko menyelesaikan studi S2 di FISIP Unsri tahun 2012 dengan judul tesis “Implementasi Kemerdekaan Pers Berdasarkan Undang-Undang No 40 Tahun 1999 tentang Pers,”. Menyelesaikan S1 di Jurusan pendidikan Sejarah, FKIP Unsri tamat tahun 1994, menyelesaikan SDN 2 dan SMPN 1 di Desa Muara Lakitan, Musi Rawas (Mura), tahun 1989 tamat SPG Aisyiyah di Palembang.
Mengapa tertarik menggarap disertasi topik uji kompetensi wartawan (UKW) ? Disertasi berjudul: ”Pengelolaan Program Uji Kompetensi Wartawan (UKW) di Lembaga Penguji Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat (Studi Dalam Rangka Mencari Model Pengelolaan Program UKW yang Efektif Untuk Memenuhi Standar Kompetensi Wartawan Indonesia)”, secara konseptual terinspirasi oleh fenomena pengelolaan program Uji Kompetensi Wartawan (UKW) oleh lembaga penguji Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Dalam pelaksanaan program UKW PWI Pusat ada masih terdapat beberapa permasalahan dalam pengelolaan UKW PWI Pusat tersebut. Beberapa indikasi fenomana tersebut di antaranya struktur organisasi lembaga penguji UKW PWI Pusat belum efektif, kualitas wartawan peserta program UKW masih rendah, belum adanya kejelasan anggaran program UKW PWI Pusat, dan belum adanya standar monitoring dan evaluasi terhadap peserta yang mengikuti UKW maupun pasca-mengikuti program UKW. Begitu pentingnya program UKW, oleh karena itu dalam pengelolaan program itu juga harus maksimal dan baik, sehingga tujuan UKW untuk mengukur standar kompetensi wartawan oleh lembaga penguji kompetensi wartawan (UKW) PWI Pusat akan tercapai. PWI sebagai lembaga penguji yang telah ditetapkan Dewan Pers melalui surat keputusan (SK) nomor 14/SK-DP/VII/2011 yang merupakan bagian amanat konstitusi berdasarkan UU No. 40 tahun 1999 tentang pers.
Menurut Firko, standar kompetensi wartawan begitu penting, karena menjadi alat ukur profesionalitas wartawan dalam bekerja melaksanakan tugas jurnalistik. Standar kompetensi wartawan diperlukan untuk melindungi kepentingan publik dan hak pribadi masyarakat. Standar ini juga untuk menjaga kehormatan pekerjaan wartawan dan bukan untuk membatasi hak asasi warga negara menjadi wartawan. Kompetensi wartawan pertama berkaitan dengan kemampuan intelektual dan pengetahuan umum.
Menurut Firko, di dalam kompetensi wartawan melekat pemahaman tentang pentingnya kemerdekaan berkomunikasi, berbangsa, dan bernegara yang demokratis. Kompetensi wartawan meliputi kemampuan memahami etika dan hukum pers, konsepsi berita, penyusunan dan penyuntingan berita, serta bahasa. Dalam hal yang terakhir ini juga menyangkut kemahiran melakukannya, seperti juga kemampuan yang bersifat teknis sebagai wartawan profesional, yaitu mencari, memperoleh, menyimpan, memiliki, mengololah, serta membuat dan menyiarkan berita. Oleh karena itu berkaitan dengan fenomena pengelolaan program UKW, maka permasalahan yang muncul bagaimana pengelolaan program uji kompetensi wartawan oleh lembaga Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat ? Faktor-faktor apa pendukung dan penghambat yang mempengaruhi pengelolaan program Uji Kompetensi Wartawan (UKW) oleh lembaga Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat? Bagaimana model pengelolaan program uji kompetensi wartawan (UKW) oleh lembaga Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat yang dapat menghasilkan wartawan yang lebih berkompeten sesuai dengan standar kompetensi wartawan (SKW) Indonesia ? Atas dasar fenomena itulah maka menurut Firko, masalah ini aktual untuk diteliti dan relevan dengan bidang yang ditekuni promovendus yang mendalami bidang administrasi publik.rel