Palembang, hainews.id – Hari ketiga rangkaian kegiatan peringatan pertempuran lima hari lima malam di Palembang yang dipusatkan di Monpera, Selasa (3/1) dilanjutkan dengan sejumlah kegiatan seni dan budaya yang banyak diminati masyarakat Palembang.
Menurut penanggungjawab acara Vebri Al Lintani kegiatan hari ini di mulai pukul 14.00 di Monpera dengan di awali atraksi lukis dengan tema Pertempuran Lima Hari Lima Malam .
“Dan baca puisi , salah satu tokoh yang hadir adalah Dr Latifah Ratnawati Hanum yang merupakan guru besar FKIP Bahasa Universitas Sriwijaya (Unsri) dan suaminya Drs Tarmizi Mairu , mereka ini memang penggemar sastra dan puisi dan kita merasa di hargai , ada tamu kehormatan itu Dr Latifah Ratnawati Hanum yang merupakan guru besar FKIP Bahasa Universitas Sriwijaya (Unsri) dan suaminya Drs Tarmizi Mairu,” katanya.
Selain itu hadir penyair Sumsel seperti Heri Mastari lalu siswa SMK 2 Palembang dan Isnayanti Safrida , Fir Azwar.
“Untuk dipelukis ada 10 pelukis tadi dan kemudian ada satu anak bertalenta bagus yang belajar sendiri membawakan Reog Ponorogo. Dia masih kelas 2 SD atas nama Ican,” katanya.
Mantan Ketua Dewan Kesenian Palembang (DKP) ini menilai hari ini cukup banyak masyarakat dan antusias masyarakat mengikuti rangkaiaan peringatan Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Monpera.
“Ada anak-anak sekolah, ada siswa yang ikut, itu artinya pesan kita ke milenial bisa langsung contohnya hari ini,” katanya.
Untuk acara hari keempat, Rabu (4/1) menurut Vebri ada pameran barang antik atau jadul dan sepeda Ontel.
“Ada pantomin dari Wak Dollah CS itu semuanya di mulai jam 14.00 lalu ada juga Reog Ponorogo oleh Ican, selain musik standby juga disini,” katanya.
Malamnya habis Solat Isya atau jam 20.00 digelar acara renungan suci 1000 lilin di Monpera dan sebelumnya digelar acara nonton bareng film De Oost pada pukul 18.30 hingga pukul 20.00 di Monpera.
Ketua panitia Dr Dedi Irwanto MA mengatakan, acara hari ini sedikit berbeda dengan dua hari yang lalu, karena pada hari kedua ini hadir siswa SMA dan SMK baik pada acara pembacaan puisi Pertempuran Lima Hari Lima Malam maupun pada ekspresi lukisan Pertempuran Lima Hari Lima Malam.
“Selain itu hadir juga beberapa mahasiswa dari PTN dan PTS di Palembang, tentu diharapkan kegiatan ini membawa dampak pada generasi milenial untuk mengingat perisiwa bersejarah yang dikatakan terbesar di Palembang yaitu Pertempuran Lima Hari Lima malam dari tanggal 1 Januari hingga 5 Januari 1947,” katanya.
Sehingga dalam dua hari kedepan dia berharap bertambah lagi yang mengikuti kegiatan ini terutama pelajar dan mahasiswa yang hadir dalam peringatan Pertempuran Lima Hari Lima Malam.